Bab Duka Lara
Seorang gadis termenung di kamarnya siang itu. Terik matahari dan gaduhnya mesin kipas angin membuat tubuh dinginnya sedikit menghangat. Tetes air matanya kini saling berlomba siapa yg paling cepat berlari ke tenggorokan. Mencekat setiap nafas dan suara yang sangat ingin ia tumpahkan sedari dulu. Ada perasaan yang kini membeku dan kaku.
“Aku takut sakit. Jangan lagi kau ungkit”
Kata-kata itu terus melaju di kepalanya bagaikan peluru tajam yang menghujam setiap angan dan harap yang ia punya. Tak lagi kini ia berangan dan berharap. Takut semua tidak sesuai dengan kenyataan di depan mata. Tangisnya kini makin kencang. Matanya penuh dengan segara duka. Angan dan harapnya kini berenang tenang di dalam segara kenang-kenang